RSS

Minggu, 11 Mei 2014

Artikel Farmakologi Anti Lepra

Sumber : http://ririhavifidyaningsih.blogspot.com/

ANTI LEPRA ( LEPROSTATIKA )



   BAB I. PENDAHULUAN

        Konon kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok Kuna, Mesir Kuna, dan India. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu dan tidak etis beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan diberbagai belahan dunia, seperti di India dan Vietnam.


        Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akhir 1940-an dengan diperkenalkan dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan multiobat  pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.


   BAB II. ISI

        Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf dan kulit. Pembangkitnya mycrobacterium leprae, ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), hingga ditemukan bakteri mycrobakterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, memiliki sifat-sifat yng mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama.

        Diindonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlan rumah sakit khusus (leprosari) yang diawasi oleh lembaga Kuata Departemen Kesehatan.Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak langsung ditangani, kusta dapat sangat progresip, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar dimasyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti  pada penyakit tzarath.

Bentuk-bentuk lepra:a. Lepra Tuberkuloid ( LT )
   Lepra Tuberkuloid ( LT ) adalah bentuk terlokalisasi dan paling sering terjadi.
 Gejalanya: berupa noda pucat dikulit yang hilang rasa dan penebalan saraf yang nyeri diberbagai tempat  ditubuh biasanya dicuping telinga, muka, dan kaki/tangan.
   Bila tidak diobati akan menjadi cacat hebat dan akhirnya buntung.
b. Lepra Lepromateus ( LL )
    Lepra Lepromateus ( LL ) adalah bentuk terbesar dan sangat menular, lebih sukar dan lebih lama sembuh.
  Gejalanya: berupa infeksi pada semua saraf tepi, benjol kemerahan kecil penuh kuman, dengan demam, anemia, dan turunnya berat badan. Keruntuhan tulang rawan hidung menyebabkan pasien berparas singa.
   Kelumpuhan dan kebutaan sering terjadi pada kasus ini.
c. Lepra Borderline ( LB )
    Lepra Borderline ( LB ) adalah kombinasi dari LT dan LL.

   Pencegahana. Tes Lepromin

  Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk-L. Hasil tes negative bererti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.


b. Vaksin BCG ( Basil Calmette Guerin )
   Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan yang lumayan terhadap infeksi dengan bentuk-L.

     Pengobatan       
 Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejala tanpa menyembuhkan penyakit.Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin, dan rifampisin. WHO mengajurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan untuk LT dan 2-3 tahun untuk LL.

    Efek samping      
  Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar didalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk LL terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
  
  Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan analgetik atau anti radang, atau jika lebih hebat bisa diberikan imunosupresiva seperti kortikosteroid dan talidomid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.

   Informasi obat dengan reser dokter:1. 
    Dapson: diaminodifenilsulfon ( DDS )
    Rumua bangun obat ini mirip sulfonamida:
                     R-NH-C6H4-SO2-R.
Spektrum kerja kurang lebih sama, namun kegiatannya lebih kurang 10 kali lebih kuat, sekaligus lebih toksis.
     Indikasi                         : Lesprotastik kuat berdasarkan persaingan terhadap PABA.
     Efek samping                : Sukar tidur dan anemia ringan, demikaian pula agranulositosi.
     Sediaan                        : Tablet 50 mg, 100 mg.
     Wdah penyimpanan       : Terlindung dari sinar.
     Lama pengobatan          : Dapson tidak mematikan basil lepra, maka meskipun gejala-gejala kulit   
                                              dan luka-luka dalam beberapa bulan lenyap, kuman masih tetap berada
                                              dalam selaput lendir, kulit dan saraf. Karena itu terapi harus diteruskan
                                              hingga kuman lenyap sama sekali dan jaringan-jaringan tersebut untuk
                                              bentuk-T kurang lebih 3 tahun, dan untuk bentuk-L setelah kurang lebih
                                              5 tahun.

2. Rifampisin
  Antibiotik ini merupakan obat satu-satunya yang bekerja leprosid terhadap basil lepra. Kerjanya lebih cepat dan efektif dari pada dapson. Dalam waktu 3-4 minggu bentuk-L  yang ganas sudah menjadi tidak bersifat menular lagi. Resistensi dapatbtimbul dalam waktu singkat.
  Indikasi,kontra indikasi, dan efek samping ( lihat anti TBC ).


  3. Klofazimin
  
  Obat ini memiliki khasiat lesprostatik yang sama kuatnya dengan dapson. Setelah pengobatan beberapa bulan sebagian besar basil didalam mukosa dan kulit dimusnahkan, kecuali di tempat-tempat yang sulit, misalnya saraf dan otot-otot polos yang memerlukan waktu lebih lama. Sama dengan waktu  yang diperlukan dapson untuk mengeluarkan seluruh kuman mati dari jaringan.
  
  Klofazimin juga berkhasiat anti radang dan mencegah terjadi benjo-benjol pada bentuk-L. Efek samping : gatal-gatal dan kulit kering, juga gangguan lambng usus, terjadi warna coklat pada lesidan kulit yang terkena sinar matahari, perubahan warna rambut dll sediaan generik.

Spesialit obat-obat anti lepra:
NO
GENERIK dan LATIN
DAGANG
PABRIK
1.
Rifampisin
Rifam
Rimactane
Rifamec
Rifamtibi
Dexa Medica
Sandoz
Mecosin
Sanbe

0 komentar:

Posting Komentar