RSS

Sabtu, 10 Mei 2014

Trend Penggunaan Obat Bahan Alam
September 7, 2010 pccugm Leave a comment Go to comments
Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin bervariasinya produk obat bahan alam yang beredar di pasar dan banyaknya produsen obat bahan alam. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatknya umur harapan hidup penduduk di seluruh dunia, terutama dirasakan pada negara-negara maju.
Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola penyakit yang lebih didominasi oleh penyakit degeneratif dan penyakit kronis seperti kolesterol, hipertensi, diabetes, termasuk kanker, di samping timbulnya penyakit-penyakit infeksi baru yang lebih resisten terhadap kuman penyakit yang ada. Keadaan ini menyebabkan masyarakat cenderung lebih memilih obat bahan alam untuk pengobatan penyakit dari pada obat kimia/sintetik. Berbagai alasan yang mendukung penggunaan obat bahan alam diantaranya karena pengobatan penyakit degeneratif dan penyakit kronis memerlukan waktu yang relatif lebih lama sehingga tentu memerlukan biaya pengobatan yang lebih besar karena mahalnya obat-obat kimia/sintetik dan juga dikuatirkan adanya efek samping yang ditimbulkan terhadap tubuh manusia akibat penggunaan obat kimia/sintetik dalam jangka waktu lama. Di samping itu pengalaman membuktikan bahwa tidak semua obat kimia/sintetik yang ada mampu mengatasi berbagai permasalahan kesehatan secara optimal.
Bentuk sediaan obat bahan alam yang dahulu kebanyakkan berupa serbuk simplisia, dengan adanya kemajuan teknologi dan formulasi, sekarang sudah dalam berbagai bentuk sediaan ekstrak yang dimasukkan ke dalam kapsul keras, kapsul lunak atau bentuk sirup yang mudah dikonsumsi oleh anak-anak. Bahkan tidak jarang dijumpai adanya kombinasi antara obat bahan alam dengan vitamin-vitamin tertentu yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai tonik, dan untuk perawatan kesehatan. Di sisi lain, obat bahan alam yang dahulu hanya digunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, sekarang telah menjadi suatu produk yang dibutuhkan dalam pengobatan penyakit, bahkan menjadi suatu produk yang eksklusif terutama di negara-negara maju. Hal ini karena semakin banyaknya bukti penelitian yang mengungkapkan keamanan dan efektivitas produk obat bahan alam dalam mengobati suatu penyakit. Obat bahan alam tidak lagi dikenal hanya sebagai jamu yang khasiatnya berdasarkan data empiris, tetapi sudah meningkat pada tingkat yang lebih tinggi sebagai Obat Herbal Terstandar, yang sudah mempunyai data pengujian pra-klinik yang mendukung efek farmakologisnya dengan bahan baku yang telah terstandarisasi. Bahkan sudah ada beberapa obat bahan alam yang telah terbukti efektif secara klinik (golongan fitofarmaka) dan digunakan dalam pengobatan formal untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti pengobatan diare, nyeri sendi, antihipertensi, menanggulangi disfungsi ereksi, dan sebagai immunomodulator. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah merekomendasikan penggunaan obat bahan alam yang telah terbukti aman dan efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit serta memperbaiki kondisi kesehatan. Kenyataan ini mendorong penggunaan obat bahan alam berkembang dengan pesat.
Di Afrika, kurang lebih 80% populasinya menggunakan obat bahan alam dalam mengobati suatu penyakit. Konsumsi obat bahan alam di China mencapai 30 – 50% dari total konsumsi obat di bidang kesehatan, sedangkan di Ghana, Mali dan Zambia sekitar 60% anak-anak yang menderita malaria dilaporkan menggunakan obat bahan alam. Sementara di Amerika Utara dan daerah industrialisasi lainnya lebih dari 50% penduduknya menggunakan obat bahan alam. Penggunaan obat bahan alam tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang, dilaporkan bahwa sekitar 90% penduduk San Fransisco, London dan Jerman pernah menggunakan ramuan obat bahan alam antara 1995 – 2000, bahkan jumlah dokter yang telah mengikuti pelatihan tentang obat bahan alam mencapai 10800 orang di negara-negara tersebut. Trend penggunaan obat bahan alam juga telah berkembang, tidak hanya untuk mengobati penyakit-penyakit yang sudah umum tetapi lebih khusus lagi digunakan untuk penyakit-penyakit yang secara klinik belum dapat diobati secara memuaskan dengan obat-obat kimia/sintetik. Di Eropa dan Afrika Selatan kurang lebih 75% penderita HIV/AIDS menggunakan obat bahan alam. Demikian juga pengobatan penyakit liver atau hepatitis sekarang ini lebih banyak menggunakan obat bahan alam yang telah terbukti aman dan efektif.
Kenyataan di atas mendorong pihak pengusaha obat bahan alam untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Di Indonesia sampai tahun 2004 tercatat terdapat kurang lebih 1166 industri obat bahan alam/obat tradisional, yang terdiri dari 129 industri berskala besar dan sisanya berupa industri berskala kecil. Trend peningkatan penggunaan obat bahan alam di Indonesia juga dapat dilihat dari data statistik yang menunjukkan bahwa pada tahun 1992 konsumsi obat bahan alam mencapai 124 miliar rupiah, meningkat menjadi 400 miliar pada tahun 1996. Pada tahun 2003 konsumsi obat bahan alam mencapai 2,0 trilyun rupiah dan menjadi 2,9 trilyun rupiah pada tahun 2005. Diperkirakan pada tahun 2010 konsumsi obat bahan alam di Indonesia mencapai 7,2 trilyun rupiah. Ditingkat global tercatat bahwa setiap tahunnya pemerintah Inggris membelanjakan sekitar 230 juta US dolars untuk obat bahan alam, sedangkan di USA sekitar 158 juta penduduknya menggunakan obat bahan alam dan menurut USA Commission for Alternative and Complementary Medicines, 17 juta US dolars telah dibelanjakan untuk obat bahan alam pada tahun 2000. Menurut data dari WHO, nilai pasar obat bahan alam tahun 2000 dari China sebesar 9 milyar US dolars, Eropa Barat 6,6 milyar US dolars, sedangkan USA, Jepang dan Kanada masing-masing 3 milyar, 2 milyar dan 1 milyar US dolars.
Meningkatnya penggunaan obat bahan alam juga didukung dengan meningkatnya penelitian tentang berbagai aspek obat bahan alam, mulai dari aspek budidaya untuk memperoleh tumbuhan obat yang berkualitas, aspek standarisasi obat bahan alam sampai pada proses pengujian praklinik menggunakan berbagai hewan percobaan, bahkan telah sampai pada tahapan uji klinik. Semuanya tentu dengan tujuan untuk memberikan suatu bukti keamanan dan kemanfaatan dari obat bahan alam sehingga dapat digunakan secara luas dalam pelayanan kesehatan formal. Terlepas dari semua hal di atas, agar mencapai kemanfaatan yang optimal dengan segi keamanan yang luas, penggunaan suatu obat bahan alam tetap memerlukan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam obat bahan alam. Hal ini penting untuk menentukan diagnosa dan jenis obat bahan alam yang akan digunakan. Bukan suatu hal yang mustahil apabila pada masa mendatang obat bahan alam dapat ikut serta bersama-sama obat modern memberikan peranan dalam pelayanan kesehatan.
Ditulis Oleh : Drs. Tepy Usia, Apt., M.Phil., Ph.D

0 komentar:

Posting Komentar