RSS

Rabu, 14 Mei 2014

Tuberkulosis (TBC)



Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TBC(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Kuman TBC berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam. Oleh Karena itu di sebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun.

Fatofisiologi TBC
Penyebab TBC adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis. Bakteri ini pertama kali di temukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama basil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru kadang di sebut sebagai Koch pulmonun (KP).

Penggolongan Obat Anti Tuberkulosis

Lini Pertama

a. Isoniazid
Isoniazid bersifat bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat, aktif terhadap kuman yang berada intraseluler dalam makrofag maupun diluar sel (ekstraseluler).

·         Mekanisme kerja
Dengan menghambat biosintesis asam mikolat (micolic acid) yang merupakan unsur penting dingding sel mikrobakterium.

·         Efek samping
Mengakibatkan gatal-gatal dan ikterus juga polyneuritis, yakni radang saraf dengan gejala kejang dan gangguan penglihatan, perasaan tidak sehat, letih dan lemah serta anoreksia.

·         Farmakokinetik
Dari usus sangat cepat difusinya ke dalam jaringan dan cairan tubuh, di dalam hati, INH diasetilasi oleh enzim asetiltransferase menjadi metabolit inaktif. PP-nya ringan sekali, plasma-t ½ nya antara 1 dan 4 jam tergantung pada kecepatan asetilasi. Eksresinya terutama melalui ginjal dan sebagian besar sebagai asetilisoniazid.

b. Rifampisin
Antibiotikum ini adalah derivat  semi sintetis dari rifampisin B (1965) yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin berkhasiat bakterisid luas, baik yang berada diluar maupun di dalam sel (ekstra-intraseluler).

·         Mekanisme kerja
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.

·         Efek samping
Penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasikan dengan INH yang juga agak toksis bagi hati. Rifampisin juga dapat menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.

·         Farmakokinetik
Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma-t½ nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan melalui ginjal berlangsung secara fakultatif.

c. Etambutol   
Etambutol bersifat bakteriostatik. Obat ini tetap menekan   pertumbuhan kuman tuberculosis yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin.

·         Mekanisme kerja
Etambutol bekerjanya menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati.

·         Efek samping
Etambutol jarang menimbulkan efek samping. Dosis harian sebesar 15 mg/kg BB menimbulkan efek toksis yang minimal. Pada dosis ini kurang 2% pasien akan mengalami efek samping yaitu penurunan ketajaman penglihatan, ruam kulit dan demam.

·         Farmakokinetik
Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol di serap dari saluran cerna. Kadar puncak dari plasma di capai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 15 mg/kg BB menghasilkan kadar plasma sekitar 5 ml pada 2-4 jam.

d. Pirazinamid
Analogon pirazin dari nikotinamida ini (1952) bekerja bakterisid pada suasana asam atau bakteriostatik, tergantung pada pH dan kadarnya di dalam darah. Spektrum kerjanya sangat sempit dan hanya meliputi M.tuberculosis.

·         Mekanisme kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. Begitu pH dalam makrofag di turunkan, maka kuman yang berada di “sarang” infeksi yang menjadi asam akan mati .

·         Efek samping
Kerusakan hati dengan ikterus (hepatotoksis) terutama pada dosis diatas 2 g sehari. Dapat pula menimbulkan serangan encok (gout) juga gangguan pada lambung-usus, fotosensibilisasi, artralgia, demam, malaise dan anemia, juga menurunkan kadar gula darah.

·         Famakokinetik
Reabsorpsinya cepat & sempurna, kadar maksimal dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam . Distribusinya ke jaringan dan cairan serebrospinal baik. Kurang lebih 70% pirazinamida diekskresikan lewat urin.

e. Streptomisin
Suatu aminoglikosida , diperoleh dari Streptomyces griseus (1944), senyawa ini bersifat bakterisid terhadap banyak kuman  Gram negatif  dan Gram positif.

·         Mekanisme kerja
Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Antibiotik ini toksis untuk organ pendengaran dan keseimbangan.

·         Efek samping
Gangguan penglihatan berupa Neuritis optica (radang saraf mata) dan bersifat reversible bila pengobatan dihentikan. Sebaiknya jangan diberikan pada anak kecil, karena kemungkinan gangguan penglihatan (visus) sulit di deteksi.

·         Farmakokinetik
Reabsorpsinya baik (75-80%) , plasma-t½ nya 3-4 jam .Ekskresinya lewat ginjal (80%).

Lini Kedua

a.   Ofloxacin
Suatu senyawa antibakteri sintetik dari golongan kuinolon yang bersifat bakterisida. Ofloksasin aktif terhadap bakteri aerobik gram positif termasuk penghasil penisilinase

·         Mekanisme kerja
menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalitas penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri.

·         Efek samping
Mual, muntah, diare, sakit kepala, ruam dan gatal

b.   Levofloxacin
Levofloxacin memiliki spectrum antibakteri yang luas, yang aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negative.

·         Mekanisme kerja
Dengan cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri

·         Efek samping
Mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, insomnia, mengantuk, gatal, keringat berlebih dan lelah.

·         Farmakokinetik
Pada pemberian oral, levofloxacin diabsorpsi secara cepat dan hamper sempurna. Konsentrasi plasma tertinggi biasanya dicapai 1-2 jam setelah minum obat. Penetrasi levofloxacin pada jaringan paru sangat baik

c.    Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan suatu anti infeksi sintetik golongan quinolon, ciprofloxacin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.

·         Mekanisme kerja
Dengan cara menghambat DNA topoisomerase yang biasa disebut DNA girase.

·         Efek samping
Mual, muntah, diare, sakit kepala, letih, gangguan penglihatan dan anemia.

·         Farmakinetik
Ciprofloxacin diabsorpsi dengan baik oleh saluran pencernaan. Ciprofloxacin dan metabolitnya di eksresikan melalui urin dan feses.

FDC (Fixed Dose Combination)
FDC juga dapat di sebut sebagai KDT (kombinasi dosis tetap) yang berarti gabungan antara beberapa obat anti tuberculosis dalam satu macam obat.

Pengobatan Tuberulosis diberikan dalam dua tahap, yaitu :

·         Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap  hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intesif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

·         Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

a. FDC kategori 1
Tahap intensif terdiri dari 2RHZE (Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamid, Etambutol). Obat-obat tersebut di berikan setiap hari selama 2 bulan Kemudian di teruskan dengan tahap intermiten (lanjut) yang terdiri dari 4RH3 (Rifampisin dan Isoniazid), di berikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan, di berikan untuk :

-           Pasien Baru TB paru BTA (+)
-           Pasien Paru BTA (-) ronsen (+)
-           Pasien TB Ekstra Paru

b. FDC kategori 2
Tahap intensif terdiri dari 2RHEZS (Rifampisin, Isoniazid, Ethambutol, Pirazinamid, Streptomisin). Dan obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan, kemudian diteruskan dengan RHEZ (Rifampisin, Isoniazid, Ethambutol, pirazinamid) yang diberikan setiap hari selama satu bulan.

Tahap lanjutan terdiri dari 5R3H3E3 (Rifampisin, Isoniazid, Ethambutol) yang diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 5 bulan.

Paduan  OAT ini di berikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :

a.       Pasien kambuh
b.       Pasien gagal
c.       Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

c. FDC kategori anak
Tahap intensif terdiri dari 2RHZ (Rifampicin, Isoniazid, pirazinamid) yang di berikan setiap hari selama 2 bulan. Tahap lanjutan terdiri dari 4RH (Rifampisin, Isoniazid) yang diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan.

0 komentar:

Posting Komentar