
Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah
penyakit yang menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TBC(Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman TBC berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam. Oleh Karena itu di
sebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur
lama selama beberapa tahun.
Fatofisiologi TBC
Penyebab TBC adalah
suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Mycrobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini pertama kali di temukan oleh Robert Koch pada tahun
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama basil
Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru kadang di sebut sebagai Koch pulmonun
(KP).
Penggolongan Obat Anti Tuberkulosis
Lini Pertama
a. Isoniazid
Isoniazid bersifat bakterisid terhadap basil yang sedang
tumbuh pesat, aktif terhadap kuman yang berada intraseluler dalam makrofag
maupun diluar sel (ekstraseluler).
· Mekanisme
kerja
Dengan menghambat biosintesis asam mikolat (micolic acid)
yang merupakan unsur penting dingding sel mikrobakterium.
· Efek samping
Mengakibatkan gatal-gatal dan ikterus juga polyneuritis,
yakni radang saraf dengan gejala kejang dan gangguan penglihatan, perasaan
tidak sehat, letih dan lemah serta anoreksia.
·
Farmakokinetik
Dari usus sangat cepat difusinya ke dalam jaringan dan
cairan tubuh, di dalam hati, INH diasetilasi oleh enzim asetiltransferase
menjadi metabolit inaktif. PP-nya ringan sekali, plasma-t ½ nya antara 1 dan 4
jam tergantung pada kecepatan asetilasi. Eksresinya terutama melalui ginjal dan
sebagian besar sebagai asetilisoniazid.
b. Rifampisin
Antibiotikum ini adalah derivat semi sintetis dari rifampisin B (1965) yang
dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin berkhasiat bakterisid
luas, baik yang berada diluar maupun di dalam sel (ekstra-intraseluler).
· Mekanisme
kerja
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri
RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.
· Efek samping
Penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasikan
dengan INH yang juga agak toksis bagi hati. Rifampisin juga dapat menyebabkan
gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan
diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.
·
Farmakokinetik
Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan
dan cairan tubuh juga baik. Plasma-t½ nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam.
Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan melalui ginjal berlangsung secara
fakultatif.
c. Etambutol
Etambutol bersifat bakteriostatik. Obat ini tetap
menekan pertumbuhan kuman tuberculosis
yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin.
· Mekanisme
kerja
Etambutol bekerjanya
menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel
mati.
· Efek samping
Etambutol jarang
menimbulkan efek samping. Dosis harian sebesar 15 mg/kg BB menimbulkan efek
toksis yang minimal. Pada dosis ini kurang 2% pasien akan mengalami efek
samping yaitu penurunan ketajaman penglihatan, ruam kulit dan demam.
·
Farmakokinetik
Pada pemberian oral
sekitar 75-80% etambutol di serap dari saluran cerna. Kadar puncak dari plasma
di capai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 15 mg/kg BB
menghasilkan kadar plasma sekitar 5 ml pada 2-4 jam.
d. Pirazinamid
Analogon pirazin dari nikotinamida ini (1952) bekerja
bakterisid pada suasana asam atau bakteriostatik, tergantung pada pH dan
kadarnya di dalam darah. Spektrum kerjanya sangat sempit dan hanya meliputi
M.tuberculosis.
· Mekanisme
kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh enzim
pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. Begitu pH dalam makrofag di
turunkan, maka kuman yang berada di “sarang” infeksi yang menjadi asam akan
mati .
· Efek samping
Kerusakan hati dengan ikterus (hepatotoksis) terutama pada
dosis diatas 2 g sehari. Dapat pula menimbulkan serangan encok (gout) juga
gangguan pada lambung-usus, fotosensibilisasi, artralgia, demam, malaise dan
anemia, juga menurunkan kadar gula darah.
·
Famakokinetik
Reabsorpsinya cepat & sempurna, kadar maksimal dalam
plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam . Distribusinya ke jaringan dan cairan
serebrospinal baik. Kurang lebih 70% pirazinamida diekskresikan lewat urin.
e. Streptomisin
Suatu aminoglikosida , diperoleh dari Streptomyces griseus
(1944), senyawa ini bersifat bakterisid terhadap banyak kuman Gram negatif
dan Gram positif.
· Mekanisme
kerja
Berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan
pengikatan pada RNA ribosomal. Antibiotik ini toksis untuk organ pendengaran
dan keseimbangan.
· Efek samping
Gangguan penglihatan berupa Neuritis optica (radang saraf
mata) dan bersifat reversible bila pengobatan dihentikan. Sebaiknya jangan
diberikan pada anak kecil, karena kemungkinan gangguan penglihatan (visus)
sulit di deteksi.
·
Farmakokinetik
Reabsorpsinya baik (75-80%) , plasma-t½ nya 3-4 jam
.Ekskresinya lewat ginjal (80%).
Lini Kedua
a. Ofloxacin
Suatu senyawa antibakteri sintetik dari golongan kuinolon
yang bersifat bakterisida. Ofloksasin aktif terhadap bakteri aerobik gram
positif termasuk penghasil penisilinase
· Mekanisme
kerja
menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan
katalitas penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri.
· Efek samping
Mual, muntah, diare, sakit kepala, ruam dan gatal
b. Levofloxacin
Levofloxacin memiliki spectrum antibakteri yang luas, yang
aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negative.
· Mekanisme
kerja
Dengan cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri
· Efek samping
Mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, insomnia,
mengantuk, gatal, keringat berlebih dan lelah.
·
Farmakokinetik
Pada pemberian oral, levofloxacin diabsorpsi secara cepat
dan hamper sempurna. Konsentrasi plasma tertinggi biasanya dicapai 1-2 jam
setelah minum obat. Penetrasi levofloxacin pada jaringan paru sangat baik
c. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan suatu anti infeksi sintetik golongan
quinolon, ciprofloxacin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.
· Mekanisme
kerja
Dengan cara menghambat DNA topoisomerase yang biasa disebut
DNA girase.
· Efek samping
Mual, muntah, diare, sakit kepala, letih, gangguan
penglihatan dan anemia.
· Farmakinetik
Ciprofloxacin diabsorpsi dengan baik oleh saluran
pencernaan. Ciprofloxacin dan metabolitnya di eksresikan melalui urin dan
feses.
FDC (Fixed Dose Combination)
FDC juga dapat di sebut sebagai KDT (kombinasi dosis tetap)
yang berarti gabungan antara beberapa obat anti tuberculosis dalam satu macam
obat.
Pengobatan Tuberulosis diberikan dalam dua tahap, yaitu :
· Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) pasien
mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intesif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien
Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
· Tahap
lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
a. FDC kategori 1
Tahap intensif terdiri dari 2RHZE (Rifampisin, Isoniazid,
Pyrazinamid, Etambutol). Obat-obat tersebut di berikan setiap hari selama 2
bulan Kemudian di teruskan dengan tahap intermiten (lanjut) yang terdiri dari
4RH3 (Rifampisin dan Isoniazid), di berikan tiga kali dalam seminggu selama 4
bulan, di berikan untuk :
- Pasien Baru
TB paru BTA (+)
- Pasien
Paru BTA (-) ronsen (+)
- Pasien TB
Ekstra Paru
b. FDC kategori 2
Tahap intensif terdiri dari 2RHEZS (Rifampisin, Isoniazid,
Ethambutol, Pirazinamid, Streptomisin). Dan obat-obat tersebut diberikan setiap
hari selama 2 bulan, kemudian diteruskan dengan RHEZ (Rifampisin, Isoniazid,
Ethambutol, pirazinamid) yang diberikan setiap hari selama satu bulan.
Tahap lanjutan terdiri dari 5R3H3E3 (Rifampisin, Isoniazid,
Ethambutol) yang diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 5 bulan.
Paduan OAT ini di berikan
untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan
pengobatan setelah default (terputus)
c. FDC kategori anak
Tahap intensif terdiri dari 2RHZ (Rifampicin, Isoniazid,
pirazinamid) yang di berikan setiap hari selama 2 bulan. Tahap lanjutan terdiri dari 4RH (Rifampisin, Isoniazid) yang
diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan.
0 komentar:
Posting Komentar